Jumat, 29 Juni 2012

Akibat Main Mobil Goyang


Nama saya Citra (samaran), dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas swasta ternama di bilangan Jakarta Pusat, dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.

Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang terakhir mulai jam lima sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa enam orang dan Pak Didi, sang dosen.

"Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra?" ajak Dimas
"Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi"

Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.

Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.
"Eeii.. mau ngapain kamu?" tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.
"Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya kangen sama vagina kamu nih" katanya sambil menangkap tanganku.
"Ihh.. nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila!" tolakku sambil berusaha lepas.
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya.
"Dimas.. jangan.. nggak mmhh!" dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.

Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH-ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.

"Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih" katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.

Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.
Dan.. oohh.. rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.

Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba-tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.

Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata,
"Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut?"

Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.

"Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang beresin" kataku
"Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini!"

Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.

"Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu!" perintah yang tinggi itu pada Dimas.

Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.

Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.

"Hehehe.. cantik, mulus.. wah beruntung banget kita malam ini!" katanya
"Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih?" tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.
"Citra" jawabku dengan agak bergetar.
"Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah" Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.
"Non Citra coba sun saya dong, boleh kan?" pinta Pak Romli memajukan wajahnya
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.
"Ahh..non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya" Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.

Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.

Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.
"Wow teteknya montok banget non, putih lagi" komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.

Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.

"Waw..keras banget, mana diamaternya lebar lagi" kataku dalam hati
"bisa mati orgasme nih saya"
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.

Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.

"Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini" celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.

Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.

"Pak masukin sekarang dong" pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.
"Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih!" kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik. Pak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.

Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.

"Ooohh.. oohh.. di dalam yah non.. sudah mau nih" bujuknya dengan terus mendesah
"Ahh.. iyahh.. di dalam aja.. ahh" jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.

Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai, kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

"Hehehe..liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita kamu" kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.

Opps..omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.

Hhmm..nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

"Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini" potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli.

Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba-tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.

Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh.. seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan-erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.

Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.

"Huh..capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong" perintahnya

Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.

"Mmpphh.. mmhh!" desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu.

Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.

"Ayo dong Citra.. emut, sepongan kamu kan mantep banget"

Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.

Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar

"Aahhkk.. saya mau keluar.. non"

Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan
creett..creett,
beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.

Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.

"Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi" begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.

"Citra.. Citra.. sori dong, kamu marah ya!" kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.

Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata

"Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night"

Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.

E N D

Pembalut Wanita Yang Aman


Pembalut wanita yang aman dan sehat. Bagi seputar dunia wanita tidaklah asing dengan pembalut karena setiap wanita yang masih mengalami masa menstruasi pasti menggunakanya. Banyak sekali produk pembalut yang di jual bebas dengan berbagai merk dan jenis dari yang murah hingga yang mahal,  setiap produk menawarkan kelebihan dan keunggulan masing - masing untuk solusi bagi masalah bulanan wanita, mulai dari bentuknya ( tebal, tipis, lebar, ataupun ramping ), warnanya, bahkan ada juga yang beraroma. Dalam memilih pembalut banyak hal yang harus di pertimbangkan demi kenyamanan dan kesehatan daerah kewanitaan karena tidak semua pembalut aman untuk di gunakan. Jika kebersihan kurang terjaga pembalut dapat menyebabkan iritasi, radang pada daerah miss V, infeksi, bahkan yang terburuk adalah kanker serviks. Tips merawat daerah kewanitaan ( miss V ) dengan memilih pembalut wanita yang tepat.

  1. Sesuaikan bentuk, desain, ukuran, dan ketebalan pembalut sesuai dengan aktivitas sehari - hari, untuk kenyamanan dalam beraktifitas pilih yang tebal saat haid sedang banyak dan pilih yang tipis saat sedang sedikit karena banyak sedikitnya haid pada wanita tidaklah sama
  2. Pilih pembalut yang berdaya serap tinggi untuk mencegah terjadinya kelembapan yang dapat menimbulkan gatal akibat bakteri dan jamur yang tumbuh subur, pembalut berdaya serap tinggi akan lebih cepat menyerap zat - zat berbahaya sehingga dapat mengurangi gangguan pada daerah kewanitaan
  3. Pilih pembalut dengan antibakteri, pembalut yag baik dapat memperbaiki metabolisme tubuh, terutama pembalut yang berbahan dasar herbal
  4. Tidak memilih pembalut dengan aroma tertentu, karena aroma wangi - wangian pada pembalut mengandung bahan kimia tertentu yang dapat menimbulkan iritasi dan gatal bagi yang berkulit sensitif
  5. Pilih pembalut dari bahan yang lembut dan lentur untuk mengurangi iritasi pada kulit di sekitar daerah kewanitaan. Hindari pembalut yang terbuat dari kertas daur ulang
  6. Ketika membeli pembalut pastikan kemasan dalam keadaan baik dan utuh serta tertutup rapat

Rahasia teman kosku



Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus karena saya memang bukan penulis.

Awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2 yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe… ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak “ilmu” dari teman-teman saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan “getah” enaknya saja.

Ceritanya Rashid itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka selalu “main” dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui “keberuntungan” Rashid. Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yang “aneh-aneh”. Tapi Kamil juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta.

Hari itu Rashid mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum memberitahunya sehingga Rani datang “terlalu cepat”. Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus. Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal.

Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya. “Tunggu sebentar”, katanya. “Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi”, kataku. “Sebentar Ri”, katanya lagi dari dalam kamarnya. Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir. “Ngapain bos?”, tanyaku. “Ah enggak ga apa-apa”, jawabnya. Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dengan panik. “Ri, do something, lo kesana cegat mereka!”, kata Kamil. “Trus ngapain?”, tanyaku kebingungan. “Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan”, perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.

Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang tua Rashid untuk masuk. “Hufff….sukurlah”, pikirku, “situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja”. “Eh tapi kemana mba Rani ya?”. Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel. Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?.

Pintu kamar Rashid telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.


“Ri, lo jangan bilang Rashid ya kalo Rani kesini malam ini?”, katanya.
“Loh, kenapa?”, tanyaku heran.
“Pokoknya jangan deh”, katanya lagi tersenyum nakal.
“Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa?”, tanyaku lagi masih tidak mengerti.
“Gini aja deh. Lo jangan bilang Rashid dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa”.
“Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!”, kataku lagi. Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana “busuk” Kamil tapi aku masih belum yakin. Apakah dia akan…..? Ah tidak, tidak mungkin. Kamil dan Rashid berteman baik, tidak mungkin Kamil sampai tega melakukannya. Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tahu. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya.

Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan matanya padaku. Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya? Apakah Rani mau mengkhianati Rashid? Semudah itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah…kalau benar begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rashid tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe…

Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara “aneh” dari kamar Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam. Aku mendengar terus dengan seksama. Yak, aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Kamil sudah berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rashid. Tapi kali ini bukan Rashid yang melakukannya tapi teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Rashid tapi nafsuku lebih menguasaiku. Ini juga sebagai pelajaran bagi Rashid yang suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya. Duh, aku tidak sabar menunggu giliranku. Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang. Apakah mereka sudah selesai? Bagaimana kalau mereka tertidur? Wah…bisa-bisa aku gak “kebagian”.

Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar Kamil dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam kamarnya. “Siapa?”, tanyanya pelan. “Gue, Ari”, jawabku juga dengan pelan. Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah. “Udah gak sabaran lu ye?”, katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk. Ternyata Kamil bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Badannya penuh keringat dan kontolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang. Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Kamil. Seorang mahluk cantik yang sangat seksi bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat yang memantulkan cahaya kamar sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa. Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya.

Rani tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya. Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya. Aku masih terdiam dan melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi. “Hey…kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?”, katanya lagi sambil cekikikan. Kamil kemudian mendorongku, “Udah situ…ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh”. Kamil dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku. Kontolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tidak tahu harus bagaimana. Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. “Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih”, katanya. Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental. Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Kamil hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Rani di kamar mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya. “Buka dong baju lo semua”, kata Kamil kemudian. Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik turun celanaku, kontolku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya. Dia tertawa, “Duh…udah langsung gede gitu ya?”, katanya. Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan.

Rani kemudian mengambil lotion ditasnya dan membalurkannya ke kontolku yang sudah sangat keras. Rasanya nikmat kontolku di gosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu. “Mil…gemukan ini dari punya lo”, ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil hanya tersenyum. “Gitu ya?”, jawab Kamil. “Kamu baring deh,” kata Rani kemudian. Akupun baring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam kontolku. Detik detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe….

Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu dan veggynya pelan-pelan menelan kontolku yang sudah berdiri dengan kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah menghisap kontolku masuk ke dalamnya. Expressi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari kontolku. “Ehhhhgggg….duh gemuk amat sih nih burung”, katanya sambil mendesah. Setelah veggynya menelan habis kontolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas.
“Kamu udah gak perjaka sekarang”, katanya menggodaku.
“Iya mba, makasih ya”, jawabku sambil mencium bibirnya.
Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun. Uuuuuggghhhh….nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik turunnya yang erotis itu. Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka. Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu. Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku.

“Gimana rasanya?”,tanya Rani disela-sela goyangannya.
“Enak mba…enak banget”, jawabku.
“Kalau mau keluar bilang ya sayang”, katanya tersenyum. Uh cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sudah tidak perduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak perduli ada Kamil disitu. Aku melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok kontolnya yang sudah membesar lagi.

Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. “Mba….aku….mau…ke…lu…arr…”. Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari kontolku. Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku. Dia mengocok kontolku dan menadahkan mulutnya dihadapan kontolku. Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar. Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada dimulutnya. Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.

“Sperma perjaka biar awet muda”, katanya sambil tersenyum. Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas. Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi kontolku yang mulai melemas ketika Kamil bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata, “Rani, kamu masih belum tuntas kan?”, tanyanya sambil memegangi kontolnya yang ternyata sudah menegang kembali. “Huu..kamu tuh ya”, hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat kontol Kamil yang menghadap kearahnya. Kamil pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tahu apa yang akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya kebelakang dengan agak kasar. “Hey…pelan-pelan dong” ujar Rani setengah protes sambil tertawa. Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi “Owwww….”, ketika Kamil menjebloskan kontolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya.

Kamil pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama. Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya. Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat, “ah…ah…ah….”. Melihat pemandangan seperti itu, akupun jadi terangsang lagi dan kontolku yang tadinya sudah lemas pelan-pelan mulai menegang kembali. Akupun bangkit dan mengangsurkan kontolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi. Dibawah veggynya digenjot oleh kontol Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh kontolku.

Kontolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin kencang, Rani hanya memegangi kontolku tanpa diapa-apakan. Karena posisi kontolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka kontolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua kontol sekaligus maka akupun mengalah. Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Kamil. Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara.

Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya Kamil dengan suara agak tersengal berkata,”Ran…gue…udah….mo…nyampe…”. Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama. Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras Kamil membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya didalam veggy Rani. “Aaahh….”, teriak mereka hampir berbarengan. Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik “Aahh…Aaaahh…” berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin menelan habis seluruh kontol Kamil yang masih tersisa. Mereka mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan. Kamil mencabut kontolnya lalu kemudian berbaring telentang disamping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Rani kemudian memutar badannya baring menelentang.

Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur. Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani. Aku tidak perduli dengan Rani yang masih kelelahan. Aku naik keatas ranjang dan menempatkan kontolku dihadapan veggy Rani yang masih tertidur. Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi tapi masih cukup jelas terlihat. Aku tidak tahu apakah Rani memang telah tidur atau berpura-pura saja karena ketika aku melap veggynya dengan baju Kamil yang ada diatas lantai, dia tidak bereaksi.

Setelah aku yakin veggy Rani sudah cukup kering, pelan-pelan akupun menusukkan kontolku ke dalamnya. Ternyata dia tidak tidur karena meskipun matanya tertutup tapi dia menggigit bibirnya. Akupun mengecup bibir itu ketika kontolku telah terbenam seluruhnya. Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk, “Kamu tuh masukin barang tanpa minta izin”, katanya. “Habis masih penasaran sih mbak”, ujarku sambil menciuminya dengan gemas. Dia membalas ciumanku dan kita pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata sambil tersenyum, “Digoyang dong”.

Akupun mulai menaik-turunkan pantatku dengan irama yang lambat. Rani ini memang luar biasa, karena setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dengan pelan dan tenang namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat di kontolku akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata dirasakan kontolku. Nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku yang membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan diatas tubuh Rani pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat menggenjotnya dan Rani pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya. Goyangan yang membuat kontolku terasa dipilin dan diperas. Untungnya aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yang ditimbulkan oleh jepitan veggy Rani sehingga tidak sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi. Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam veggy Rani agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap.

Demikianlah, pacuan kenikmatan yang ditimbulkan oleh maju-mundurnya kontolku dan goyang “dangdut” pantat Rani berlangsung cukup lama. Kami tidak perduli lagi dengan Kamil yang telah tertidur disamping kami dan orangtua Rashid di kamar sebelah. Rani mulai lagi mengeluarkan rintihan-rintihan birahinya. Sampai akhirnya dia memegangi kedua bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar kontolku menggosok daerah tertentu dalam veggynya. Daerah yang agak kasar dan menonjol dalam veggynya namun menimbulkan efek yang lebih nikmat bagi kepala kontolku.

Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di ujung kontolku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Rani untuk mencapai puncak kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yang aku lakukan membuat rintihan Rani semakin keras pertanda semakin dekatnya dia dengan puncak kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dengan satu teriakan keras,”Aaaah….”, tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia mencengkeram pantatku dan menempelkan dengan ketat tubuhnya ke tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dengan kuat. Aku merasakan veggynya berkedut dengan kuat dan membanjiri kontolku. Kedutan veggy Rani itu membuat kontolku serasa diremas-remas dan benar-benar membuatku tak mampu menahan muntahan di kontolku. Akhirnya kontolku memuncratkan isinya bersamaan dengan remasan veggy Rani terhadap kontolku. Kontolku yang sedang menumpahkan isinya itu ditambah dengan kedutan kuat veggy Rani yang menjepitnya menjadi nikmat ganda yang baru pertama kali aku alami dalam hidupku. Nikmatnya bukan alang kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yang dalam tak bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu. Benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Rangkaian kenikmatan demi kenikmatan yang melanda diriku yang diakhiri dengan muncratnya spermaku di dalam veggy Rani menyempurnakan hilangnya keperjakaanku malam itu.

Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Rani. Aku mencium bibirnya dengan mesra dan sayang. “Makasih mba”, ungkapku jujur padanya. Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku juga harus berterimakasih pada Kamil yang telah mengatur semua ini. Tapi dia telah tertidur disamping kami dan sudah tidak perduli lagi pada aktivitas kita. Aku mencabut kontolku dan menggelosoh turun dari tubuh Rani. Spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya dan lumayan banyak mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dengan tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sudah sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Rani tak lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan mengingat-ngingat kembali malam yang luar biasa ini.

Meski ukuran ranjang Kamil cukup besar tapi tak urung terasa sempit juga. Apalagi ventilasi di kamar Kamil tidak sebaik di kamarku karena terletak ditengah antara kamarku dan kamar Rashid sehingga jumlah jendela lebih sedikit dari kamarku. Untungnya udara malam Bandung membuat kami tidak terlalu kegerahan. Maklum hanya ada kipas angin yang menemani kami. Aku yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk balik ke kamarku. Sewaktu bangkit untuk mengenakan baju aku terangsang melihat Rani yang tertidur dalam ketelanjangannya. Aku berpikir untuk mengajak Rani ke kamarku. Siapa tahu saja aku bisa menyetubuhinya lagi. Aku tidak jadi mengenakan bajuku dan dengan tetap bertelanjang aku bangunkan Rani.
“Mba….mba…mba”, kataku berusaha membangunkannya sambil menjawil-jawil pipinya. Dia akhirnya terbangun.
“Dikamarku aja yu mba. “, kataku ketika dia terjaga. Dia menggeliat sehingga membusungkan dadanya yang membuat nafsuku bangkit kembali. Pelan-pelan penisku membesar kembali.
“Emang kenapa Ri? “, tanya Rani malas.
“Disini panas dibandingkan kamarku. Lagian mas Rashid sering ke kamar ini. Dia kan akrab sama mas Kamil. Kalau ntar atau besok, mas Rashid pulang terus ngetuk kamar ini, gimana?”, ujarku memberiku alasan. Alasan yang tidak dibuat-buat dan memang masuk akal kok.
“Gitu ya, Ri?” ujar Rani setengah khawatir. Dia bangkit. “Ya udah deh ke kamar kamu aja. Tapi aku jangan diapa-apain lagi ya”, pintanya.
“Iya yuk…”, jawabku sekenanya. Dalam hati aku tidak menjamin akan memenuhi permintaannya. Untungnya dia tidak melihat penisku yang sudah tegak karena aku menutupinya dengan kaos oblong dan celana pendekku yang kupegang dengan tangan. Sepatu hak tinggi miliknya yang terletak di dekat pintu pun diangkatnya.

Dia mengambil tasnya dan memungut bra, kaos oblong, dan celana dalam miliknya yang tergeletak dilantai. Dia ingin mengenakannya.
“Duh…mba, gak usah. Disebelah aja biar cepet.”, kataku melarang.
“Kamu tuh kaya Kamil aja. Satu perguruan sih ya?”, jawabnya sambil tersenyum. Aku agak bingung juga dengan kata-katanya.
“Ya udah deh yuk. Gak ada orang kan diluar?”, lanjutnya.
“Gak ada.”, jawabku sambil mengintip keluar. “Udah kan? Itu aja? Jeansnya mana?”, tanyaku heran melihatnya memegangi semua baju dan tasnya tapi tanpa jeansnya. Seingatku tadi dia datang ke rumah ini mengenakan jeans. Lucu sekaligus merangsang deh melihat Rani dalam keadaan seperti itu. Dia menggantung tasnya di bahu tapi bertelanjang dan hanya memegangi baju-bajunya.
“Gak sempat dikeluarin dari kamar Rashid. Keburu ortu Rashid datang. Tapi sama Kamil sudah diumpetin dalam dos pembungkus tape recordernya punya Rashid yang ada dibawah tempat tidurnya. Duh…harus segera diselamatkan tuh kalau enggak bisa kacau nanti.”, jawabnya.
“Oh iya…besok begitu Rashid pergi kita langsung keluarin tuh. Lagian tanpa itu gak bisa pulang kan?”, jawabku. Aku mulai bisa menebak bagaimana awalnya tadi hingga akhirnya Rani bisa kami setubuhi malam itu.

Aku pun membuka pintu dan setengah berlari ke kamarku disebelah yang tidak terlalu jauh. Rani segera mengikutiku juga dengan setengah berlari. Sampai di kamarku, dia melihat sekeliling dalam kamarku sambil terlihat hendak mengenakan bajunya. Namun segera kucegah. Aku menarik tubuhnya kearahku dan mendekapnya. “Ri…kamu mau ap…”, dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya karena aku mencium bibirnya erat. Awalnya dia diam saja namun akhirnya membalas mesra ciumanku. Aku menarik lepas baju-baju, tas dan sepatu yang dipegangnya. Kami pun berciuman bertelanjang bulat sambil berpelukan erat. Rani pasti tahu bahwa aku menginginkannya lagi dari kontolku yang sudah tegak dan menunjuk perutnya.

Aku kemudian mematikan lampu kamar agar kalaupun ada yang mengintip tidak akan bisa melihat kegiatan kami. Itupun dengan tirai jendela yang masih tertutup sehingga tak akan mungkin orang luar untuk melihat keadaan di dalam. Kami hanya mengandalkan lampu luar lewat jendela atas untuk penglihatan. Selesai berciuman, aku berjongkok menjilati veggynya sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Rani nampak sangat menikmatinya. Dia berpegangan ke dinding kamar untuk menyangga tubuhnya yang sedang kenikmatan. Akhirnya setelah sama-sama terangsang kami pun mulai mengambil posisi untuk bercinta kembali. Rani aku minta menungging di kursi kamarku dan wajahnya ke arah tirai jendela.

Singkat kata, kami pun bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Rani berpegangan pada sandaran kursi ataupun pegangan tangan kursi. Sementara pantatnya bergerak maju-mundur berlawanan arah dengan gerakan maju-mundur kontolku dalam veggynya. Kadang diputar-putarnya membuat kontolku terasa diremas-remas namun nikmatnya benar-benar menggetarkan. Rani pun sangat menikmatinya terdengar dari suaranya yang terus saja merintih-rintih nikmat. Selagi kami bercinta dalam posisi itu, tiba-tiba kami mendengar gerbang belakang rumah di buka. Tidak lama gerbang itu ditutup kembali dan terdengar langkah orang menaiki tangga. Tidak salah lagi Rashid sudah pulang dan demi mendengar pacarnya pulang Rani menghentikan gerakannya. Tubuhnya terasa tegang dan dia diam dalam gelap. Aku yang sedang berada dalam kenikmatan tidak memperdulikannya dan terus saja memompa veggy pacar Rashid tersebut.

“Ri…berhenti dulu dong, nanti kedengaran Rashid”, katanya berbisik.
“Enggak mungkin mba…asal kita gak bersuara, gak akan kedengaran”, jawabku berbisik pula tanpa menghentikan gerakan maju-mundurku.

Aku mendengar suara Rashid duduk di kursi tempat aku dan Kamil mengobrol tadi. Dia pasti mau melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar. Itu kebiasaan kami semua yang kost disini. Tiba-tiba timbul pikiran iseng dan nekatku. Tirai yang menutup jendelaku aku tarik kesamping sehingga kami bisa melihat apa yang dilakukan Rashid.

“Ari…ngapain kamu?”, Rani terpekik tertahan.
“Biar kelihatan mas Rashid lagi ngapain mba, jadi kita bisa jaga-jaga kalau dia mendekat ke kamar ini, ” jawabku sekenanya untuk menenangkannya. Untuk sementara aku menghentikan pompaan kontolku.
“Iya tapi …” ,Rani berusaha untuk protes namun segera aku bungkam dengan mulutku. Kami pun berciuman mesra kembali.
“Kamu tuh ya, nekat dan nakal,” ujar Rani setelah aku melepaskan ciumanku. Dari cahaya yang berasal dari luar jendela, aku melihat senyum manis Rani diwajahnya yang cantik ketika dia mengatakan itu.
Tiba-tiba aku menghentakkan kembali kontolku ke dalam veggynya.
“Owww…uhhhh…kamu tuh….ah….”, reaksi Rani ketika aku melakukan itu. Dia tidak berani merintih keras karena di depan kamar pacarnya masih sedang duduk dikursi.
“Jangan dulu dong Ri, nanti …”, kata Rani sambil berusaha memegang pinggangku.

Tapi aku tidak perduli. Aku pun terus saja memompanya. Rani sudah tidak berdaya dalam situasi seperti itu. Malah akhirnya dia membalas goyanganku dan menikmatinya kembali meski pacarnya masih ada di dekat situ. Kami bercinta sambil mengamati kegiatan Rashid yang sedang membuka sepatu dan jaketnya. Dalam jarak kurang dari 3 meter, Rashid tidak menyadari bahwa Rani pacarnya sedang asyik memadu kenikmatan ragawi sambil menikmati kontol lelaki lain yang masih merupakan sahabatnya.

Entah apa yang ada dalam pikiran Rashid karena setelah selesai membuka sepatunya pun dia masih duduk-duduk di kursi itu. Dia seperti sedang memandang ke arah kami. Tapi sebenarnya tidak demikian karena kursi yang didudukinya memang mengarah ke kamarku.

“Dia kaya ngeliatin kita ya mba…”, kataku di sela-sela persetubuhan kami.
“I…yaa…”, jawab Rani cuek diantara desahannya.
“Kalau dia ternyata emang ngeliatin gimana?”, godaku.
“Udah…ah… rewel… ngentot ya ngentot aja..”, jawab Rani berpura-pura kesal.

Sementara kami berdua sudah semakin mendekati puncak kenikmatan kami. Gerakan maju-mundur pantatku semakin cepat sementara putaran pantat Rani juga semakin intensif.

“Mba…aku… udah… ham….pirr…”
“Bareng Ri…bareng… aku…juga…hampir…”
Kami berpacu lebih hebat lagi membuat kursi kamar agak berderik. Kami tidak perduli dengan bunyi itu dan dengan Rashid yang masih duduk di depan kamarku. Dan akhirnya setelah tidak mampu menahan kenikmatan yang terus mengumpul di ujung kontolku, dengan satu hentakan keras, aku menumpahkan berliter-liter lahar panas di dalam liang kenikmatan Rani. Aku menekan erat pantatku dan menanamkan kontolku sedalam-dalamnya di tubuh Rani. Pada saat bersamaan, Rani menarik wajahku dan menciumku erat sekali.

“Mmmmmmmmm……..”, dia memekik tertahan karena mulutnya tersumpal mulutku. Dia juga sudah sangat dekat dengan orgasmenya. Badannya bergetar menandakan gelombang orgasmenya mulai datang. Dia melepaskan ciumannya sambil berteriak pelan “Aaaahh” dan menghentakkan pantatnya ke belakang membuat veggynya menelan lebih jauh kontolku. Dia orgasme lagi. Kami mencapai puncak secara hampir bersamaan. Badai kenikmatan yang luar biasa kembali kami arungi.

Kalau tidak karena ada pacarnya di luar kamarku tentu Rani sudah kembali memekik bebas karena orgasmenya tersebut. Namun dia hanya menahan suaranya dan kemudian menggigit bantalan sandaran kursiku yang empuk. Badan kami berdua bergetar oleh nikmatnya puncak persetubuhan kami. Kontolku yang terus menerus berkedut sambil memuntahkan isinya sedang dijepit oleh veggy Rani yang menghisap kuat kontolku. Untuk yang kesekian kalinya aku merasakan kenikmatan seks yang luar biasa malam itu. Jiwaku serasa dibawa terbang melayang karena kenikmatan yang kualami itu.

Dan ketika akhirnya kenikmatan itu berakhir aku seolah dihempas kembali ke bumi dalam keadaan letih namun sangat damai. Aku tidak menyadari kapan Rashid masuk kamarnya tapi dia sudah tidak ada di depan kamarku. Sementara itu Rani sudah tertunduk lemas di sandaran kursiku dan tidak bersuara apapun lagi. Dia juga pasti telah sangat lelah setelah berkali-kali orgasme malam ini dengan 2 orang pria.

Aku mencabut kontolku dan cairan spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya. Cukup banyak hingga mengalir di pahanya. Aku ambruk diatas karpet sementara Rani masih dalam posisi menunggingnya dengan kepala yang bersandar diatas sandaran kursiku. Tak lama diapun bangkit dan pindah ke ranjangku. Dia berbaring di ranjangku tanpa berkata apa-apa lagi. Aku yang masih terbaring lemas diatas karpet juga hanya terdiam. Mungkin karena saking letihnya tidak begitu lama aku mendengar dengkuran lembut cewek itu. Aku pun menyusul pindah ke atas ranjangku bergabung dengannya. Sebelum tidur aku mencium lembut bibirnya dan berbisik pelan “Makasih ya mba. Malam ini luar biasa banget”. Sepertinya dia masih mendengarku karena dia berkata “mmm” sebagai respon kata-kataku. Akupun berbaring disampingnya dan tak menunggu lama akupun ikut tertidur.

Paginya aku terbangun sekitar pukul 8. Begitu aku membuka mata, aku melihat wajah cantiknya yang sangat alami yang masih tertidur disampingku. Dengan rambut awut-awutannya malah semakin menambah kecantikan alaminya. Posisiku sendiri sedang memeluknya. Aku merasakan kontolku yang sudah terbangun kembali menempel ditubuhnya entah di bagian mana dari tubuh Rani tapi mungkin dipahanya. Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkan cewek secantik dan seseksi ini. Apalagi dengan permainan seksnya yang luar biasa benar-benar cewek yang ideal sebagai pelepas keperjakaanku. Hehehehehe…

Aku tidak ingat kapan menutup tubuh kami tapi yang jelas tubuh kami berdua tertutup selimut. Mungkin mba Rani yang melakukannya karena biasanya suhu akan sangat dingin menjelang subuh. Aku membuka selimutku dan bangkit menuju kamar mandi. Sempat tersingkap tubuh indahnya yang membuat aku bernafsu untuk mengentotnya lagi, apalagi kontolku memang sedang mengacung tegak. Tapi melihat keadaannya yang tertidur pulas dan damai, aku jadi tidak tega. Aku pun meneruskan melangkah ke kamar mandi lalu bersih-bersih disitu.

Cukup lama aku di kamar mandi dan setelah selesai akupun balik ke tempat tidur lagi untuk bermalas-malasan. Siapa tau bisa mengentot Rani lagi, pikirku. Ternyata dia telah bangun tapi masih berbaring dibawah selimutnya. Dia seperti sedang bengong memikirkan sesuatu tapi dia tersenyum melihat kontolku yang sudah berdiri lagi.
“Pagi mba…”, kataku sambil mencium bibir mungilnya.
“Mba sekali lagi makasih ya buat malamnya yang luar biasa”, kataku kembali.
“Iya…..”, jawabnya tersenyum, “tapi ini kenapa nih?”, tanyanya kemudian sambil menunjuk kontolku.
“Ooh…ini? Biasa deh kalo pagi dia suka duluan bangun. Apalagi kan dia tau dia belum dapat jatah pagi”, jawabku sambil menggoda Rani.
“Huuuu….. maunya!”, jawab Rani sambil memonyongkan bibirnya.

Melihat itu aku segera menyergap bibirnya dan bergerak menindihnya. Aku bermaksud untuk menyetubuhinya lagi tapi segera ditahan oleh Rani.
“Ri..ri…ntar dulu Ri, ambilin jeansku dulu dong di tempat Rashid.”, katanya. “Aku musti segera pulang takutnya dia ke tempat kostku nanti.”, lanjutnya kemudian. Akupun mengurungkan niatku dan ikut memikirkan kata-kata Rani.

“Dia masih dikamarnya nggak ya?”, kataku setengah bertanya.
“Nah itu dia aku gak tau. Aku enggak denger suara apa-apa diluar juga disebelah di kamarnya Kamil.”, jawab Rani kebingungan.
“Oke gini deh aku keluar dulu liat situasi. Kalau ada kesempatan aku masuk ke kamar Rashid terus ambil jeans mba. Mba punya kuncinya kan?”
“Ada ditasku. Untung semalam sempat aku bawa keluar, kalau enggak wah kacau..”.
Akupun bangkit dan mencari tasnya. Setelah aku temukan, aku mencari kunci itu dan segera aku menemukan kunci kamar Rashid didalamnya.
“Oke mba aku keluar deh liat situasi tapi….”, aku sengaja menghentikan kata-kataku.
“Tapi apa?”, kata Rani penasaran. Aku tidak menjawab tapi hanya tersenyum menggodanya. Sepertinya dia sudah menangkap maksudku terlihat dari tatapan matanya yang berpindah ke kontolku yang sedang mengacung tegak.
“Duuuhh… nanti aja dong”, katanya membujukku.
“Mba…gak enak kan mba kalau dilihat orang ada bagian yang menggelembung.”, kataku memberi alasan sekenanya. “Ini dulu dong dikecilin..”, kataku kemudian sambil menunjuk kontolku.
“Ih… kamu tuh!! Dasar perjaka!! Sini…”, ujar Rani berpura-pura marah. Aku pun mendekatinya. Dia pun bangkit duduk sehingga selimutnya terlepas dan memperlihatkan keindahan tubuhnya.
“Di oral aja ya. Aku masih cape dan veggyku agak perih nih dijeblosin dua kontol semaleman…”, katanya lagi sambil memegang kontolku ketika aku sudah berada di hadapannya.
“Ya udah gapapa.”, jawabku meski sebenarnya aku lebih suka jika kontolku di masukkan ke dalam veggynya. “Tapi nanti kalau udah ketemu jeans mba, aku mau ini ya?”, lanjutku sambil memegang veggynya.
“Iya gampang…”, katanya sambil mulai menghisap kontolku.

Diapun mulai mengoralku. Namun karena tidak senikmat veggy maka aku sulit untuk ejakulasi. Rani yang sudah tidak sabaran akhirnya memintaku memasukkan saja kontolku ke veggynya. Sebelumnya aku diminta membasahi veggynya terlebih dahulu agar kontolku mudah masuknya. Akhirnya pagi itu akupun ejakulasi kembali di dalam veggynya.

Singkat kata aku berhasil “menyelamatkan” jeans Rani dr kamar Rashid dengan bantuan Kamil yang mengajaknya keluar. Rani pun bisa pulang ke kost-annya dan Rashid sama sekali tidak mengetahui pengalaman hebat pacarnya itu. Sebelum pulang Rani masih sempat menghadiahi aku dengan sebuah persetubuhan yang indah di kamar mandi dalam kamarku. Orangtua Rashid sendiri pulang keesokan malamnya setelah tanpa sengaja “membantu” kami mendapatkan Rani.

Sampai lulus kuliah dan menjelang menikah pun Rani masih sering “bermain” dengan aku dan Kamil. Kadang bertiga tapi lebih sering berduaan saja. Capek kata Rani kalau harus meladeni kami berdua sekaligus. Sewaktu belum lulus hampir semuanya dilakukan di kost-an kami. Biasanya pada saat dia main ke tempat Rashid, kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mencuri-curi kesempatan ngentot apalagi kalau Rashid sedang tidak ada di kamarnya. Wah sudah kaya piala bergilir deh dia. “Beli satu dapat tiga”, kalau kata Rani.

Di akhir semester itu sewaktu libur panjang, Rashid mendapatkan kesempatan kerja praktek di Balongan sedang Kamil ikut acara kampus di luar negeri. Rani bolak-balik ke kost-an Rashid untuk mengerjakan TA-nya dan TA Rashid. Aku yang mustinya pulang liburan membatalkan rencana tersebut dan memutuskan “menemani” Rani selama Rashid dan Kamil tidak ada. Jadilah aku dan Rani menikmati “bulan madu” selama dua minggu di kost-an. Kita entot-entotan tanpa henti selama 2 minggu tersebut kecuali Sabtu sore dan Minggu ketika Rashid datang. Benar-benar pengalaman indah dan erotis yang tak terlupakan.

Beberapa kali Rani hamil, entah oleh Rashid, Kamil, maupun aku, namun Rashid selalu bisa menyelesaikan masalah itu dan dia tidak tahu kalau bibit itu tidak selalu dari dia. Menurut pengakuan Rani padaku, lelaki yang pernah berhubungan badan dengannya adalah pacarnya waktu tahun kedua yaitu kakak kelasnya ( lelaki yang mendapatkan keperawanannya ), kami bertiga, adik ibu kostnya, atasannya, pacar bulenya ( yang kemudian menikahinya ) dan pernah dengan salah satu dosen di kampusnya. Dosen itu tidak mau meluluskannya karena nilai ujiannya yang buruk namun akhirnya meluluskannya setelah merasakan nikmatnya veggy Rani.


Rani sendiri akhirnya tidak jadi menikah dengan Rashid dan menikah dengan seorang bule Australia. Kini dia tinggal disana dan terakhir kabarnya mereka akhirnya punya anak 1 setelah lama menikah. Rashid sendiri menikah dengan seorang cewek Jakarta yang dikenalkan oleh tantenya. Sedang Kamil menikah dengan adik kelas Rani. Bagaimana dengan aku? Hmmm… Penting gak sih untuk diberitahu? :) tamat!!!

Selasa, 19 Juni 2012

SEO PRAWIRYA



Cerita ini terjadi sewaktu aku masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta yang terkenal di Jakarta, berawal dari chatting di internet disebuah warnet dekat kampus, aku untuk pertama kalinya kenalan sama seorang cewek yang bernama Monic.

Pertama minta nomor telepon selanjutnya kami sering chatting dan akhirnya kami janjian untuk bertemu, aku atur waktu dan hari yang memang bagus. Hari itu malam minggu, sekitar jam 07.00 malam di Blok M Mall, ternyata dia cewek perfect untuk semua laki-laki yang melihatnya. Semua cowok yang ada di situ semua meliriknya, tingginya sekitar 168-172 cm, rambutnya hitam panjang sebahu, ukurannya 36B, pokoknya siip lah. Kami akhirnya ambil keputusan untuk nonton, dia pilih film “Sweet November”, aku sih ok saja. Di dalam aku tidak berani ngapa-ngapain, soalnya baru kenal takut, dibilang kurang ajar. Tapi aku beranikan untuk mulai menyentuh tangannya, ternyata dia diam saja, malah membalas meremas jari-jariku dengan tangannya yang lembut yang ditumbuhi bulu-bulu yang.. enak untuk disentuh. Hanya itu yang baru kulakukan. Terus kami makan, diperjalanan kugenggam tangannya, dia pun sepertinya tidak menolak bahkan kadang-kadang merangkulku sampai aku rasakan buah dadanya yang montok memijat-mijat bagian belakangku. Setelah itu aku mengantarnya pulang, rumahnya di daerah Menteng, ternyata dia anak orang tajir. Sesampainya di rumah dia meneleponku, dia mengajakku ke villa-nya yang berada di daerah puncak kepunyaan orang tuannya, (maklum anak orang kaya). Dia anak ke-3 dari 3 bersaudara.


Pas waktu itu aku libur semester, jadi ya Ok saja. Berangkatlah aku ke villanya. Pakaiannya, wow.. sexy sekali, buah dadanya yang ranum itu kelihatan ingin loncat keluar dari sarangnya yang ditutupi BH warna hitam. Sesampainya di sana kami langsung berenang, ternyata dia mempunyai tubuh yang benar-benar luar biasa, kulitnya putih, yang membuat darahku bergejolak kencang. Dari situlah petualanganku dimulai, kami terus berenang. Sampai pada suatu saat dia terpeleset sewaktu ingin naik, kutangkap dia, tanpa kusengaja aku pegang salah satu dari payudaranya yang kenyal itu. Aku minta maaf karena tidak sengaja kupegang tapi dia malah tersenyum bahkan sepertinya tidak ingin pernah mau kulepaskan, dia terus memandangku sampai akhirnya kukecup bibirnya yang seksi dan mungil itu, dia membalas dengan mesra. Kami terus bercumbu di dalam air, sampai-sampai penisku mulai menegang, tanganku terus merayap sampai ke buah dadanya, kuremas bergantian, sedangkan tanganku yang lain memegangi tubuhnya yang tak mau dilepaskan.

“To.. jangan lepaskan tanganmu ya..” kata Monic sambil tangannya sesekali memegangi penisku, dielusnya, setelah itu dia bilang, “Udah dulu ya, aku kedinginan nih, kita lanjutkan nanti ya..” Kugendong dia menuju kamar mandi yang tak jauh dari situ. Malam itu memang benar-benar dingin. Setelah makan malam kami langsung ke tempat tidur masing-masing. Aku membayangkan dia sedang ada di sebelahku tanpa busana, lamunanku serentak pudar setelah Monic mengetuk pintu. “To, kamu udah tidur belum?” sahutnya. “Belum,” jawabku, “Masuk aja tidak ditutup kok!” Dia memakai pakaian tidur yang transparan. Kulihat gunung kembarnya karena tidak mengenakan BH, sampai terlihat putingnya yang merah kehitam-hitaman.

“Kamu lagi ngapain To? Belum tidur..?”
“Belum,” jawabku, aku balik bertanya,
“Kamu ngapain ke sini? kok kamu belum tidur?”
Dia menjawab, “Takut tidur sendiri, lagian dingin. Boleh nggak aku tidur sama kamu, habisnya aku takut kalau tidur sendiri,” memancingku.
“Boleh aja,” sahutku.

Tiba-tiba dia langsung mendekatiku dan duduk di sampingku, terus terang hatiku jadi dag dig dug, apalagi tiba-tiba dia memegang tanganku, entah faktor udara yang semakin dingin atau aku terbuai angan-angan. Kucium bibirnya seperti yang kulakukan di kolam renang, dia balik mencium bahkan kali ini dia membalasnya dengan nafsu. Kukulum bibirnya dan kumainkan lidahku ke dalam mulutnya sambil kuremas buah dadanya, kali ini dengan kedua tanganku kuremas dan terus kuremas, lalu aku mulai menjilati buah dadanya dan kukulum putingnya yang mulai mengeras. Karena terangsang, kubuka seluruh pakaiannya juga CD-nya yang berwarna merah jambu. Baru kali ini kulihat tubuh wanita yang benar-benar telanjang bulat. Kulihat di sana ada rambut halus yang menutupi liang vaginannya, begitu mungil vaginanya berwarna kemerahan, begitu indah, belum lagi lekuk tubuhnya yang begitu menggiurkan, ditambah buah dadanya yang membusung padat berisi.

Sejenak aku terpana, lalu ia mulai membuka pakaianku satu persatu sampai CD-ku dibukannya, langsung keluarlah “terpedo”-ku yang kira-kira 17 cm, dia langsung mengocoknya sambil menghisap senjataku itu berulang-ulang. “Aah.. uh.. terus Mon.. terus..” Nikmat rasanya, aku tidak ingin kalah, langsung saja aku ke bagian bawah ketempat yang indah itu. Aku mulai membuka lebar-lebar kedua kakinya dan langsung kujilati vaginanya dan klitorisnya, dia mengerang, “Oh.. ah.. uh..” sambil menarik rambutku. Sepertinya dia menikmatinya, kami melakukannya berbalikan, aku menjilati vaginanya sedangkan dia terus menghisap senjataku, “Oh.. yes.. oh.. yeh..” desahannya terus kurasakan, sampai suatu saat kubalikkan badannya, lalu aku mulai memasukkan penisku yang mulai menegang keras ke dalam vaginannya yang masih sempit itu. Monic merintih, “Ah.. ah..” sepertinya jeritan keperawanan yang kurasakan. Lalu mulai kumasukkan, “Blesep.. blesep..” Agak sedikit susah memang tapi terus kupaksakan, akhirnya penisku seluruhnya masuk ke liang vaginannya. Dia langsung memelukku dengan kencang.

Aku semakin semangat, kugenjot dan kupercepat penisku keluar-masuk, “Slep.. slep..” kuangkat pantatnya sambil kuremas payudaranya berulang-ulang, kurasakan vaginanya mulai mengeluarkan cairan, sepertinya sudah mulai mencapai orgasme. Kupercepat gerakanku maju-mundur dengan cepat, sampai kurasakan ada sesuatu yang mau keluar dari penisku, kutarik dari lubang vaginanya dan kusodorkan ke mulutnya, langsung Monic mengulumnya, “Mon.. oh.. ach..” Setelah itu langsung penisku memuncratkan sperma yang membasahi sekitar wajahnya, “Crot.. crot.. crot..” langsung kucium dia. Dia menjilati sebagian spermaku yang masih tersisa di mulutnya sampai habis. Kami berdua berpelukan sejenak sampai akhirnya Monic tertidur di pelukanku sampai pagi dalam keadaan masih telanjang bulat.

Aku terbangun lebih dulu dan langsung pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian Monic menyusul ke kamar mandi dan kami mandi berdua, aku menyabuni tubuhnya yang indah itu. Aku lama menyabuni di sekitar payudaranya, lama sekali, dan sesekali kuelus dan kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Monic juga tak mau kalah, dia menyabuniku lama sekali di penisku sambil terus mengocok-ngocok penisku yang mulai tegang dan menghisapnya dengan lembut sampai kurasakan nikmat sekali. Kali ini kumasukkan penisku ke vaginannya dengan berdiri sambil kugendong dan kutempelkan ke dinding kamar mandi. Kuangkat pantatnya dan terus kugenjot dan kudorong penisku ke vaginannya, Monic merintih, “Terus To.. terus..” Dia kali ini benar-benar menikmatinya, lalu kukeluarkan penisku dan Monic langsung mengocoknya dengan cepat, sesekali menghisapnya, “Slep.. slep..” seperti makan es krim.

Tak lama kemudian, “Crot.. crot.. crot..” sebagian langsung tertelan ke mulutnya dia terus menghisapnya sampai aku lemas dibuatnya. Setelah itu kami mengeringkan badan, dan masuk ke kamar berpakaian aku mendekatinya, kuucapkan.. “Terima kasih sayang, enak sekali tadi,” dia juga bilang, “Terima kasih juga ya.. aku puas dan tidak menyesal memberikan semuanya padamu To..” sambil kucium keningnya dan bibirnya tanda sayangku, dia langsung memelukku dengan manjanya, maklum anak bungsu.

Setelah itu kami mengepak barang untuk pulang ke Jakarta. Sesampainnya di rumahnya kucium dia dengan mesra dan Monic membalasnya lama sekali. Kami bercumbu di depan rumahnya yang kelihatan masih sepi. Aku langsung pulang dengan membawa kenikmatan yang baru kali ini kurasakan dengan seorang gadis cantik dan masih perawan.

Tamat

SEO PRABU BRAMA SETTY



Namaku Risa atau biasanya dipanggil Icha. Aku memiliki wajah yang sedikit indo didukung dengan badanku yang kata teman-temanku seksi. Aku baru saja lulus SMU. Cerita ini adalah pengalaman sewaktu aku masih duduk di bangku SMA kelas 1. Hari ini pelajaran yang diberikan belum terlalu banyak karena kami masih dalam tahap transisi dari murid SMP menjadi murid SMU. Tak terbayang olehku dapat masuk ke SMU yang masih tergolong favorit di ibu kota ini. Impianku sejak dulu adalh memakai seragam putih abu-abu karena seragam ini memiliki model rok yang lebih membuatku kelihatan seksi.
Diantara teman-teman baruku ada seorang cowok yang amat menarik perhatianku, sebut saja namanya Indra. Membayangkan wajahnya saja bisa membuatku terangsang. Aku sering melakukan masturbasi sambil membayangkan Indra. Walaupun sering bermasturbasi tapi saat itu aku belum pernah bercinta atau ngentot, bahkan petting juag belum. Entah setan apa yang masuk ke dalam otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kepada Indra. Maka saat istirahat aku memanggil Indra. “Dra, gue nggak tahu gimana ngomongnya..”
Aku benar-benar kalut saat itu ingin mundur tapi sudah telat.
“Dra gue sayang sama elo, lo maukan jadi cowok gue?”
Aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di kelas (paling tidak sampai sekarang aku masih memakai seragam lengkap. Indra hanya tersenyum, “Nanti aja ya gue jawabnya pas pulang”. Selama jam pelajaran pikiranku tak menentu, “Gimana kalau Indra enggak mau?” dalam hatiku, “Pasti gue jd bahan celaan!” berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. Untungnya pelajaran belum begitu maksimal. Bel pulang pun berdering, jantungku berdegup cepat. Aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri Indra dan menanyakan jawabannya. Saat kelas sudah berangsur sepi Indra menghampiriku, “Bentar ya Cha, gue dipanggil bentar” katanya. Aku menunggu sendirian di kelas.
“Jangan-jangan Indra ingin agar sekolah sepi dan mengajakku bercinta?” kepalaku penuh pertanyaan. Hingga aku sama sekali tidak dapat berpikir sehat. Dalam penantianku tiba-tiba ada orang datang. Aku kecewa karena bukan Indra yang datang melainkan Malik dan Ardy dari kelas I-3. Mereka menghampiriku, Malik di depanku dan Ardy disampingku. Perlu diketahui mereka bisa dikatakan sangat jauh dari tampan. Dengan kulit yang hitam dan badan yang kurus kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di sekolah ini. “Lagi nugguin Indra cha?” kata Malik.
“Koq tahu?” kataku.
“Tadi Indra cerita.”
Apa-apaan nih Indra pake cerita segala dalam hatiku.
“Lo suka sama Indra ya cha?” tanya Malik lagi. Aku cuma diam saja.
“Koq diem?” kata Ardy.
“Males aja jawabnya,” kataku. Perasaan bt mulai menjalar tapi aku harus menahan karena pikirku Ardy dan Malik adalah teman Indra. “Koq lo bisa suka sama Indra sih cha?” tanya Ardy tapi kali ini sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh tangannya di pahaku.
“Indra ganteng dan enggak kurang ajar kayak lo!” sambil menepis tangannya dari pahaku.
“Kurang ajar kaya gimana maksud lo?” tanya Ardy lagi sambil menaruh tangannya lagi di pahaku dan mulai mengelus-elusnya.
“Ya kayak gini!” jawabku sambil menunjuk tangannya tapi tidak menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka disuruh Indra.
“Tapi enak kan?” kali ini Malik ikut bicara. Ardy mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku pura-pura berontak padahal dalam hati aku ingin dia melanjutkannya.
“Sudah jangan sok berontak,” kata Malik sambil menunjukkan cengiran lebarnya.
Makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku.
“Tadi bilang kita kurang ajar, eh sekarang malah ngangkang.”
“Nantangin yah?” kata Malik. Dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolong mejaku. Sekarang Ardy berganti mengerjai payudaraku, tangan kirinya mengusap payudara kananku sedangkan mulutnya menciumi dan menghisap payudara kiriku sehingga seragamku basah tepat di daerah payudaranya saja. Malik yang berada di kolong meja menjilat-jilat paha sampai pangkal pahaku dan sesekali lidahnya menyentuh memekku yang masih terbungkus CD tipisku yang berwarna putih. Perbuatan mereka membuatku menggelinjang dan sesaat membuatku melupakan Indra. Ardy melepas kancing kemeja seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragam itu entah kemana. Merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku. Lidahnya menari-nari di putingku membuatnya menjadi semakin membesar. “Ough Dy sudah dong, gimana nanti kalau ketauan,” kataku
“Tenang aja guru sudah pada pulang,” kata Malik dari dalam rokku. Sedangkan Ardy terus mengerjai kedua payudaraku memilinnya, meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. Aku benar-benar tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. Aku merasakan ada sesuatu yang basah mengenai memekku, aku rasa Malik menjilatinya. Aku tak dapat melihatnya karena tertutupi oleh rokku. Perlakuan mereka sungguh membuatku melayang. Aku merasa kemaluanku sudah amat basah dan Malik menarik lepas CDku dan melemparnya juga. Ia menyingkap rokku dan terus menjilati kemaluanku. Tak berapa lama aku merasa badanku menegang. Aku sadar aku akan orgasme. Aku merasa amat malu karena menikmati permainan ini. Aku melenguuh panjang, setengah berteriak. Aku mengalami orgasme di depan 2 orang buruk rupa yang baru aku kenal. “Ha.. ha.. ha.. ha..” mereka tertawa berbarengan.
“Ternyata lo suka juga yah?” kata Ardy sambil tertawa.
“Jelaslah,” sambung Malik.
“SMP dia kan dulu terkenak pecunnya,” kata-kata mereka membuat telingaku panas. Kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. Mreka membuka pakaiannya. Oh.. ini pertama kalinya aku melihat kontol secara langsung. Biasanya aku hanya melihat di film porno. Malik membuka lebar pahaku dan menaruh kakiku di atas pundaknya. Pelan-pelan ia memasukkan kontolnya ke liang senggamaku. “Ough, sakit Lik,” teriakku.
“Tenang Cha, entar juga lo keenakan,” kata Malik.
“Ketagihan malah,” sambung Ardy. Perlahan-lahan ia mulai menggenjotku, rasanya perih tapi nikmat. Sementara Ardy meraih tanganku dan menuntunnya ke kontol miliknya. Ia memintaku mengocoknya. Malik memberi kode kepada Ardy, aku tidak mengerti maksudnya. Ardy mendekatkan kontolnya kemulutku dan memintaku mengulumnya. Aku mejilatinya sesaat dan kemudian memasukkannya ke mulutku. “Isep kontol gue kuat-kuat cha” katanya. Aku mulai menghisap dan mengocoknya dengan mulutku. Tampaknya ini membuatnya ketagihan. Ia memaju mundurkan pinggangnya lebih cepat. Disaat bersamaan Malik menghujamkan kontolnya lebih dalam. “Mmmffhh” aku ingin berteriak tapi terhalang oleh kontol Ardy. Rupanya arti dari kode mereka ini, agar aku tak berteriak. Aku sadar kevirginanku diambil mereka, oleh orang yang baru beberapa hari aku kenal. “Ternyata masih ada juga anak SMP SB yang masih virgin”
“Memek cewek virgin emang paling enak,” kata Malik. Dia menggenjotku semakin liar, dan tanpa sadar goyangan pinggulku dan hisapanku terhadap kontol Ardy juga semakin cepat. Tak lama aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Akupun menjadi sangat lemas tapi karena goyangan Malik. Malik semakin liar akupun juga tetap bergoyang dan menghisap dengan liarnya. Tak lama Malik menarik keluar kontolnya dan melenguh panjang disusul derasnya semprotan maninya ke perutku. Ia merasa puas dan menyingkir. Sudah 45 menit aku menghisap kontol Ardy tapi ia tak kunjung orgasme juga. Ia mencabut kontol dari mulutku, aku pikir ia akan orgasme tapi aku salah. Ia telentang dan memintaku naik diatasnya. Aku disetubuhi dengan gaya woman on top. Aku berpegangan pada dadanya agar tidak jatuh, sedangkan Ardy leluasa meremas susuku. Sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba-tiba Malik mendorongku dan akupun jatuh menindih Ardy. Malik menyingkap rokku yang selama bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. Ia mulai mengorek-ngorek lubang anusku. Aku ingin berontak tapi aku tidak ingin saat ini selesai begitu saja. Jadi aku biarkan ia mengerjai liang duburku. Tak lama aku yang sudah membelakanginya segera ditindah. Kontolnya masuk ke dalam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk-aduk duburku. Tubuhku betul-betul terasa penuh. Aku menikmati keadaan ini. Sampai akhirnya ia mulai memasukkan penuh kontolnya ke dalam anusku. Aku merasakan perih dan nikmat yang tidak karuan. Jadilah aku berteriak sekeras-kerasnya. Aku yang kesakitan tidak membuat mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku. Sekitar 15 menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. Kali ini aku berteriak amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih Ardy. Saat itu penjaga sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yang sedang dikerjai 2 orang biadab ini. Goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme. Aku yang sudah lemas hanya bisa pasrah saja menerima semua perlakuan ini. Tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku. Aku dapat merasakan cairan itu mengalir keluar karena memekku tidak cukup menampungnya. Mereka mencabut kedua kontol mereka. Aku yang lemas dan hampir pingsan langsung tersadar begitu mendengar Ardy berkata. “Nih giliran Pak Maman ngerasain Icha” Aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan kontolnya yang lebih besar dari Ardy dan Malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. Ia menuntun kontolnya ke mulutku untuk kuhisap. Aku kewalahan karena ukurannya yang sangat besar. Melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati mencabutnya. Tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. Ia mengorek-ngorek kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama akupun mengangkat pantatku. Aku sungguh takut ia menyodomiku. Akhirnya aku bisa sedikit lega saat kontolnya menyentuh bibir kemaluanku. Dua jarinya membuka memekku sedangkan kontolnya terus mencoba memasukinya. Entah apa yang aku pikirkan, aku menuntun kontolnya masuk ke memekku. Ia pun mulai menggoyangnya perlahan. Aku secara tak sadar mengikuti irama dari goyangannya. Rokku yag tersinggkap dibuka kancingnya dan dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu-abuku melalui kepalaku. Saat ini aku telah telanjang bulat. Tangannya meremas payudaraku dan terus menggerayangi tubuhku. Disaat-saat kenikmatan aku tak sengaja menoleh dan melihat Indra duduk di pojok. Dewi teman sebangkuku mengoralnya yang lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu mengarah ke diriku. Aku kesal tapi terlalu horny untuk berontak. Akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh orang yang aku sukai. Pak Maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin cepat. Tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu orgasme dibandingkan mereka. Aku berteriak panjang dan disusul Pak Maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut kontolnya dan menyuruhku meghisapnya. Ia berteriak tak karuan. Menjambakku, meremas-remas dadaku sampai akhirnya ia menembakkan maninya di mulutku. Terdengar entah Malik, Ardy, atau Indra yang berteriak telan semuanya. Aku pun menelannya. Mereka meninggalkanku yang telanjang di kelas sendirian. Setelah mereka pergi aku menangis sambil mencari-cari seragamku yang mereka lempar dan berserakan di ruang kelas. Aku menemukan braku telah digunting tepat di bagian putingnya dan aku menemukan CDku di depan kelas telah dirobek-robek. Sehingga aku pulang tanpa CD dan bra yang robek bagian putingnya. Di dekat tasku ada sepucuk memo yang bertuliskan. ‘Terima Kasih, teman-teman gue BOLEH PAKE BADAN LO, LO LEBIH COCOK JADI PECUN gue DARIPADA JADI CEWEk gue.’
Tertanda Indra. Tamat